Untuk Mengimbangi Syiar Hari Raya Kaum Kafir (Natal/Valentine), Bolehkah Membuat/meniru Hari Raya Baru Mereka (Maulid Nabi)?


Tanya
Melihat meriahnya hari raya orang kafir, lalu timbullah keinginan untuk mengimbangi syiar hari raya orang kafir tersebut dengan hari raya-hari raya baru yang dibuat-buat, contohnya maulid Nabi. Bagaimana hukumnya?

Jawab

Prinsip dasar ini telah disepakati oleh para imam madzhab dan tidak ada khilaf di antara mereka. Sebagaimana Imam Syafi’i  pun menyatakan bahwa hari raya umat Islam hanya ada dua yaitu Idul Adha dan Idul Fithri. Pada masalah ini tak ada perselisihan di antara para fuqoha imam madzhab sejak dahulu. Dan jika kita lihat kitab-kitab fikih para ulama tersebut itu dibahas tentang sunnah-sunnah pada dua hari raya tersebut. Dan tidak ada satu pun kitab fikih yang pernah saya baca yang membahas bahwa ada hari besar selain dua hari raya tersebut.

Jika maulid Nabi termasuk hari raya yang disyariatkan di dalam Islam tentu ada kitab-kitab fikih para ulama yang membahasnya. Tapi saya belum pernah membaca kitab fikih dari madzhab manapun baik madzhab Syafi’i, Maliki, Hanbali atau Hanafi yang mencantumkan dalam kitab-kitab fikih mereka pasal tentang merayakan atau dianjurkannya merayakan maulid Nabi . Bahkan yang ada adalah bab pembahasan ‘idain (dua hari raya) yakni Idul Fithri dan Idul Adha. Ini artinya perayaan maulid Nabi bukan dari Islam yaitu ajaran Rosululloh  . Tapi jika dikatakan ini adalah dalam rangka mahabbah (bentuk kecintaan) terhadap Nabi , maka kita sepakat, bahwa kita wajib mencintai beliau  di atas manusia seluruhnya dan tidak benar keimanan seseorang sebelum Rosululloh  lebih dicintainya dari seluruh manusia dimuka bumi ini.

Lalu jika ditanya siapakah orang yang paling mencintai Rosul ? Mereka adalah para sahabatnya, Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Anas bin Malik, Ibnu Mas’ud dan seluruh sahabat lainnya. Mereka menyatakan kecintaannya dengan mengorbankan harta dan jiwanya, lihat surah al Hasyr ayat 8 Alloh  menyatakan, “اُلَئِكَ هُمُ الصَّدِقُون- mereka itulah orang-orang yang benar.” Lalu siapakah orang yang mencintai Rosul setelah mereka meninggal? Yaitu para tabi’in (generasi setelah sahabat/pengikut sahabat) mereka benar-benar mencintai Rosul walaupun beliau  telah tiada, tapi tak ada satu pun yang merayakan hari maulid Nabi . Berarti di sini bisa kita ambil kesimpulan bahwa, “Tujuan tidak bisa menghalalkan segala cara”. Tujuannya bagus untuk menumbuhkan mahabbah (kecintaan) kepada Rosululloh , tapi tujuan ini tidak lantas membolehkan segala cara termasuk meniru kaum Nashrani yang merayakan hari kelahiran Nabi Isa  melalui natal karena ini tidak akan menumbuhkan kecintaan. Tapi bacalah riwayat kehidupannya (siroh/sejarah) atau renungkanlah hadits-hadits yang beliau sampaikan dan amalkanlah semua sunnah-sunnahnya serta lihatlah bagaimana ta’zhim (pengagungan) serta mahabbah para sahabatnya kepada Beliau .

Baca Juga “Valentine Day” Tanda Hilangnya Jatidiri Kaum Muslimin

2 Tanggapan

  1. oh gitu ya….

  2. […] Baca Juga>>> Untuk Mengimbangi Syiar Hari Raya Kaum Kafir (Natal/Valentine), Bolehkah Membuat/meniru Hari Raya Ba… […]

Tinggalkan komentar